Rabu, 15 Februari 2012

A.           Pendahuluan
Wacana mengenai agama bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia. Sejak awal babak kehidupan manusia ada, kemungkinan manusia sudah bersentuhan dengan yang namanya agama, terlepas dari berbagai macam devinisi yang dikemukakan oleh para ahli. Agama merupakan fitrah manusia, karena manusia sebagai mahluk yang dikaruniai akal dan pikiran, tentunya akan merasakan sebuah kegelisahan dalam menafsirkan alam, dengan begitu manusia pasti akan merindukan dzat yang adikodrati . Kalau berbicara dzat adikodrati berarti kita sudah masuk pada zona agama, karena wacana agama tidaklah bisa lepas dari dzat adikodrati. Dalam sejarah-sejarah nenek moyang kita sudah berbicara dan menyakini sesuatu yang gaib, tentunya ini akan mengarah pada kepercayaan pada sesuatu kekuatan-kekuatan diluar dirinya. Ini juga mencakup terhadap nilai-nilai agama.
Pengkajian agama, tidaklah ada kata usang dan tidak menganal waktu dan tempat. Dari dulu sampai sekarang agama selalu menarik untuk diperbincangkan, baik orang yang tidak mempercayai agama ataupun yang mempercayainya. Tidak sedikit para ahli yang ikut dalam membincangkan agama. Edwar Burnett Tylor menggambarkan bahwa agama adalah gagasan yang berasal dari mimpi yang di dalamnya terdapat peran jiwa (soul). Bronislaw Malinowski yang menganggap agama adalah hasil inter-relasi antara elemen-elemen kebudayaan yang dalam perkembangannya mengalami kesakralan . Dan masih banyak komentar-komentar dari para pemikir yang bersangkutan dengan agama.
Adanya perbedaan-perbedaan devinisi menganai agama ini disebabkan dari beberapa faktor, tapi paling tidak ada dua faktor yang menyebabkan itu semua, a) kompleknya cakupan dan makna agama b) perbedaan pendekatan tentang konsep ketuhanan (divinity) atau hal yang supernatural atau spiritual. Hal tersebut bisa kita lihat pada devinisi-devinisi agama yang dibangun oleh para pemikir. Bukan hanya itu, banyak juga yang mengartikan agama dengan mempersoalkan mengapa agama itu ada, dan proses perkembangannya.
Searah dengan perkembangan jaman, agama dituntut untuk dapat menjawab permasalah-pemasalahan yang tentunya berubah, sesuai dengan waktu dan tempatnya. Oleh sebab itu agamawan harus dapat menjawab permasalahan-pemasalahan tersebut. Dan sangat penting bagi agamawa untuk mempelajari logika sebagai salah satu alat analisisnya, banyak permasalahan-permasalahan yang sangat rumut salah satunya seperti permasalahan berikut; Mampukan Tuhan untuk mengisi gelas yang bermuatan 400 ml diisi dengan muatan 600 ml? mampukan Tuhan menciptakan atom yang lebih besar dari molukelnya? mampukah Tuhan menciptakan mahluk yang tidak mempunyai sifat-sifat makhluk? Pertanyaan serupa ini sering dilihat dalam ilmu kalam, permasalahan yang demikian tidak perlu dirisaukan kalau seandainya kita tahu logika. Bagi logika pertanyaan itu salah karena tidak memiliki maksud yang bulat, sama halnya ada seseorang yang mengatakan demikian “ia buta huruf yang pandai membaca”. Contoh diatas merupakan contoh kecil yang menggambarkan betapa pentingnya ilmu logika untuk ahli agama.

B.            Pembahasan
1.        Definisi Logika Dan Ilmu Agama
Sebelum masuk tema di atas, alangkah lebih baiknya kalau kita mengidentifikansikan terlebih dalu pengertian dari logika dan ilmu agama untuk mempermudah memahami hubungan keduanya, apa yang dimaksud logika? Apa keuntungan logika? Dan apa ilmu agama? Sehingga kita tidak akan terjebak dalam suatu interpretasi yang keliru tengtang logika dan agama itu sendiri.
Istilah logika, sebenarnya tidak asing lagi bagi telinga kita, tapi apakah sama apa yang dimaksud logika yang penah kita dengar? Untuk itu sangat penting kalau terlebih membahas defiisi dari duanya.
Istilah logic berasal dari kata latin yaitu ‘logos’ yang berarti perkataan, pembicaraan atau sabda. Istilah lain yang sepadan dengan logic adalah mantiq. Kata mantiq ini merupakan bahasa arab dari kata nataqa yang artinya berkata atau berucap . Ada juga keterangan bahwa mantiq adalah penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir benar, keterangan lain dalam kamus munjid adalah hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan berfikir. Menurut Prof. Thahir A. Mu’in mendifinisikan mantiq dengan “ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irvin M. copi mendifinisikan dengan “ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah”.
Menurut filsafat Aristoteles semua ilmu pengetahuan memerlukan logika. Adapun peran logika menurut adalah;
a.       Membuat penyimpulan yang tepat.
b.      Suatu alat yang menyingkapkan hubungan yang dapat dimengeti yang ditemukan dalam konsep dan objek.
Dalam keteangan Ir. Husain Heriyanto, M.Hum. yang tertulis dalam peper “an introduction to logic” ada beberapa pengertian dari logic.
a.       Logic merupakan cabang dari filsafat yang menggambarkan atau menjelaskan dara berfikir, bahkan logic merupakan bagian yang terpenting dari filsafat.
b.      Logic adalah ilmu yang mengambarkan cara berfikir yang benar.
c.       Sistem berfikir untuk mengetahui atau menentukan sesuatu dari yang benar dan yang salah.
d.      Ilmu yang menganalisa tentang argumen dari sebuah pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih premise dan satu kesimulan.
e.       Aturan-aturan yang digunakan untuk menganalisa dan berfikir, yang dengan sendirinya akan mengetahui dengan tanpa penelitian, selagi tidak bergatung padanya.
Apa yang dimaksud agama itu? Banyak ahli yang memberikan batasan tentang agama, tapi kalau dilihat dari asal katanya agama berasal dari bahasa sang sekerta yaitu; “a” dan “gama”, “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama adalah suatu yang di dalamnya ada aturan-aturan yang mengatur umatnya agar jangan kacau.
Supaya menghindari pembahasan yang komplek, jadi makalah ini akan dibatasi dengan membahas agama Islam saja, dan dalam hal ini yang akan dibahas ilmu-ilmu agama islam, sebenarnya ada hubungan tidak antara logika dan ilmu agama? Kalau ya ada, seberapa erat hubungan logika dan ilmu agama? Hal ini akan dibahas pada pembahasan di bawah ini.

2.        Hubungan Logika Dan Ilmu Agama
Apa manfa’at dari hubungan keduanya bagi manusia? Murtadha Muthahhari dalam bukunya menjelaskan “Logika memberikan kepada kita cara berfikir yang benar dan logika juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan agama memberikan cinta, harapan dan kehangatan, agama juga mebawa pada revolusi spritual.
Dalam makalahnya “an introduction to logic” Ir. Husain Heriyanto, M.Hum. setidaknya ada dua hubungan logika dan ilmu agama yaitu ada unsur baik dan ada unsur buruk.
a.       Unsur yang Baik
Hubungan logika dan ilmu agama dari segi yang baik dalam arti logika memberikan dukungan terhadap permasalahan agama, ini berkaitan dengan beberapa permasalahan diantaranya; 1) logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh, 2) logika dapat membantuk dalam proses perkembangan ilmu agama dalam memberikan pembaharuan dalam soal tafsir. Kedua perang penting logika dalam ilmu agama ini yang memberikan alasan sangan pentingnya untuk mempelajari logika, untuk itu saya akan mengulas peran logika dalam ilmu agama tersebut.
1)        logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh.
Sebagaimana yang kita ketahui logika adalah alat analisis dalam proses berpikir, lantas pertanyannya adalah apa kegunaan logika dalam ilmu agama? Logika memiliki peran yang penting dalam penarikan kesimpulan yang dilaku oleh para ahli agama dari premis-premis atau kesimpulan yang ada dalam al-qur’an yang merupakan sumber dasar dari ahli agama, contohnya; dalam al-qur’an terdapat keterangan bahwa “khomer dan anggur itu haram”. Kata “khomer dan anggur itu haram” kata ini dalam logika ini namanya kesimpulan, kalau kata “khomer dan anggur itu haram” adalah kesimpulan, lalu premis mayor dan premis minornya kata apa? Ya tetunya kita buat premis manyor dan premis minornya. Karena alasan atau asbab al-nujul di haramkan khamer dan anggur itu memabukkan, jadi premis mayornya adalah “semuah yang memabukkan itu haram” dan premis minornya adalah “khamer dan anggur itu memabukkan”.
Premis Mayor : Semuah Yang Memabukkan Itu Haram
Premis Minornya : Khamer Dan Anggur Itu Memabukkan
Kesimpulanya : Khomer Dan Anggur Itu Haram
Contoh yang lain dalam al-quran ada keterangan bahawa zinah itu haram diambil dari fiman Tuhan “jangan kamu mendekati zinah.
Premis Mayor : Segalah Sesatu yang Mendekati Zinah itu Haram
Premis Minornya : Ciuman adalah Mendekati Zinah
Kesimpulanya : jadi Ciuman itu Haram
Ini merupakan contoh yang sederhana, yang menggambarkan pentingnya logika dalam hubungannya dengan ilmu agama dan masih sangat banyat peran logika dalam menganalisa kajian keagamaan.
2)        logika dapat membantuk dalam proses perkembangan ilmu agama dalam memberikan pembaharuan dalam soal tafsir. Untuk dapat mempermudah hubungan logika dan ilmu agama ini, saya menggambarkan apa yang terjadi dalam prosees penafsiran terhadap teks atau alam.
Dalam dunia hermenetik moderen logika adalah salah satu alat analisi yang pentik untuk menghasilkan kevalidan sebuah data. Sebagai contoh model pemikiran yang dikemukakan oleh Charles Sander Peirce. Dalam model penafsiran yang digambarakan oleh Charles Sander Peirce ada tiga masalah yang harus dipahami terlebih dahulu; a) sebuah tanda (representaman) adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesutu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas, b) Sesuatu yang lain itu yang dinamakan sebagai interpretan (interpretant), c) dari tanda yang pertama pada gilisannya mengacu pada obyek (object). Sebuah tanda atau representamen memiliki relasi langsung dengan interpretan dan objeknya .
Dari penjelasan-penjelasan di atas kita dapat mengetahui kegunaan dari logika yang berhubungan dengan ilmu agama khususnya. Keterangan-keterangan di atas merupakan contoh kecil dari kegunaan logika, masih banyak contoh-contoh yang lain, seperti dalam ilmu usul fiqh, ilmu hadis, kalam dan lain sebagainya.
C.           Kesimpulan
Logika merupakan alat untuk menganalisa dan membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat, ini yang menyebabkan bahwa belajar logika sangat penting disebabkan kegunaan dan manfaat logika itu sendiri, terlepas dari kontroversinya.
Orang yang mengharamkan belajar logika, ia hanya memandang sebelah mata, ia hanya melihat dari sisi yang tidak baiknya saja tapi tidak melihat dari segi kebaikkannya, dan perlu di pahami hanya pada batas metodologi saja bukan pada esensi permasalahannya.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIVITAS TERPADU BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN MEKANISME PERTAHANAN TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Surya Pambudi

ABSTRAK
SURYA PAMBUDI. “Pengembangan Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis Konstruktivisme Pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Mekanisme Pertahanan Tubuh Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Skripsi. Semarang: Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, Juli 2011. Dra. Eny Hartadiyati W. H, M.Si, Med dan Endah Rita S. D, S.Si, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme sesuai SK/KD di SMA dan pengaruhnya terhadap keterampilan berpikir kreatif  siswa dengan materi mekanisme pertahanan tubuh manusia pada pembelajaran kelas XI  program Ilmu Alam semester dua di SMA Negeri 3 Demak.
Metodologi penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) dengan langkah-langkah Observasi awal, Perencanaan, Pengembangan produk, Validasi pakar, Perbaikan desain (revisi I dan revisi II), Uji coba lapangan I di SMA Negeri 3 Demak kelas XI IPA 2, Revisi II, uji coba lapangan II di SMA Negeri 3 Demak kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 Kemudian pengolahan data yang diambil dari tanggapan pengguna meliputi siswa dan guru serta penilaian keterampilan berpikir kreatif.
Hasil analisis pada validasi pakar pendidikan I (66,67%), hasil analisis pada validasi pakar pendidikan II (77,78%), tanggapan siswa (91,12%) dan guru (87,50%) serta setiap aspek kemampuan berpikir kreatif siswa non verbal (91,04%) dan aspek verbal (89,38%) menunjukan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme layak dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kesimpulkan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme layak dan sesuai dengan SK/KD di SMA dan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.


 

vi
 
Kata kunci: aktivitas terpadu, konstruktivisme, berpikir kreatif
PENDAHULUAN
Sebagian besar guru mata pelajaran biologi masih mengalami beberapa kesulitan dalam menggunakan model pembelajaran yang mampu membangun pengertian tentang konsep suatu materi. Banyak siswa saat ini mampu memperoleh nilai yang bagus tetapi pemahaman mengenai materi sangat kurang. Selain itu, banyak metode-metode eksperimental yang sesuai dengan pengembangan pemahaman melalui kerja praktikum. Tetapi pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama dan tidak sesuai rencana pelaksanaan yang telah dibuat oleh guru.
Kondisi seperti ini tidak memberdayakan para peserta didik untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya. Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran ilmu alam dengan hasil yang diharapkan baik dan berkualitas, hendaknya pendidik harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kriteria model pembelajaran ilmu alam. Misalkan dalam model pembelajaran tersebut memiliki prosedur yang sistematis, memiliki perincian dari hasil belajar, menyebutkan lingkungan belajar, kriteria penampilan kemudian cara-cara pelaksanaannya. Selain harus memiliki ciri-ciri diatas model pembelajaran harus memiliki fungsi untuk membimbing, mengembangkan kurikulum, penentuan materi pelajaran, serta peningkatan dalam mengajar.
Pendidikan sekolah tidak hanya dapat dilakukan pengajaran secara objektif, melainkan paling tidak sebagian dikonstruksikan oleh kita melalui observasi. Masing-masing siswa memaknai pengalamannya untuk menemukan pemahamannya sendiri. Dalam model pembelajaran konstruktivisme guru hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Pendapat Glasrsfeld(1987) dalam Winkell, (1996) “ Konstruktivisme berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk di dalam otak manusia dan subyek yang berpikir tidak memiliki alternatif selain mengkontruksikan apa yang diketahui berdasarkan pengalamannya sendiri oleh karenanya bersifat subjektif ” .
Untuk mempermudah pelaksanaan model konstruktivisme di kelas maka dapat digunakan beberapa metode. Metode-metode tersebut antara lain modeling (menunjukan kepada murid tentang bagaimana cara melakukan atau memikirkan tentang tugas yang sulit), scaffolding (menyediakan banyak dukungan pada awal belajar, yang kemudian ditarik kembali sedikit demi sedikit), coaching (membantu murid ketika mereka sedang menyelesaikan masalah), artikulasi (meminta siswa mengekspresikan ide-idenya dan melakukan refleksi terhadap aktivitas-aktivitasnya), kolaborasi (bagaimana siswa belajar dari teman satu kelompok atau dengan guru), eksplorasi dan mengatasi masalah (memberi pilihan kepada murid, yang mendorong murid untuk menghasilkan beragam opsi dan jawaban), fleksibel dan adaptif yaitu tidak harus mengikuti rencana pelajaran yang telah ditetapkan secara kaku.
Keterampilan berpikir yang efektif merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting oleh sekolah pada setiap jenjangnya, meskipun keterampilan berpikir seperti ini jarang diajarkan oleh guru di kelas. Mengajarkan keterampilan berpikir secara eksplisit dan memadukannya dengan materi pembelajaran. Belajar penemuan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga dapat menemukan konsep tentang materi yang diajarkan. Perkembangan keterampilan berpikir siswa dapat dilihat dari beberapa parameter beberapa diantaranya berpikir kreatif siswa siswa.
Pengembangan model pembelajaran yang memaksimalkan kemampuan afektif, psikomorotik dan kognitif siswa sangat diperlukan. “ Anak-anak harus didorong untuk menggunakan otaknya. Sebab, dari hasil penelitian ternyata penggunaan otak manusia untuk mengingat, belajar, dan kreatif kurang dari satu persen. Guru harus mengupayakan agar bisa memunculkan 99 persen potensi otak anak itu, ” menurut Tony Buzan, pencipta Mind Map? dalam acara Educator Sharing Network tentang Teaching and Learning in a Brain New World ” (Kompas. 20 April 2009).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis kontruktivisme layak dan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme sesuai dengan SK/KD di SMA dan layak untuk digunakan dalam mata pelajaran biologi pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit?.
2.      Apakah pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit?.
3.      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model pembelajaran aktivitas terpadu sesuai SK/KD di SMA dan pengaruhnya terhadap keterampilan berpikir kreatif  siswa dengan materi mekanisme pertahanan tubuh manusia pada pembelajaran kelas XI  program Ilmu Alam semester dua di SMA Negeri 3 Demak.











METODE PENELITIAN
A.      Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian pengembangan model aktivitas terpadu berbasis kontruktivisme dilaksanakan di SMA Negeri 3 Demak pada tanggal 1-21 Mei 2011.
B.       Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan model pembelajaran di SMA Negeri 3 Demak adalah sebagai berikut:
1.         Persiapan penelitian
a.       Melakukan observasi awal di sekolah
Mengumpulkan  informasi mengenai keadaan sekolah dan analisis kebutuhan bahan ajar siswa.
b.      Menyusun instrument
Instrument penelitian yang disusun berupa silabus, RPP, LKS praktikum dan LDS CD animasi
c.       Menyusun Rubrik Penilaian berpikir kreatif
Rubrik penilaian berpikir kreatif berupa rubrik penilaian verbal dan non verbal meliputi penilaian diskusi kelompok, penilaian presentasi dan penilaian produk siswa.
2.         Analisis data
Menganalisis semua data yang diperoleh pada saat penelitian
3.         Membuat laporan penelitian
Menyusun laporan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilaksanakan.




HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
Penelitian Pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif telah dilaksanakan dan terkumpul berbagai data seperti hasil penilalian pakar pendidikan, penilaian kemampuan verbal siswa, penilaian kemampuan non verbal siswa, tanggapan siswa dan guru yang diperlukan dalam penelitian. Berikut ini data hasil penelitian pada masing-masing tahapan penelitian.
1.   Hasil Penilaian Produk Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis  Konstruktivisme Oleh Pakar Pendidikan Dan Revisi
Penilaian model pembelajaran dilakukan oleh pakar yang merupakan dosen yang berkompeten dalam bidang pendidikan dan biologi. Berdasarkan penilaian pakar pendidikan menunjukkan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme telah layak digunakan sebagai model pembelajaran. Dalam proses pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu  mengalami beberapa tahapan-tahapan diantaranya sebagai berikut.
a.       Validasi Pakar Pendidikan I
Pada validasi pakar pendidikan I, model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis  konstruktivisme memiliki beberapa kelemahan. Sehingga nilai persentase yang didapat dari hasil validasi pakar hanya sebesar 66,67%, tetapi telah melebihi batas minimal kriteria cukup sesuai sebesar 59,99%. Kelemahan tersebut terletak pada aspek memiliki scientific procedure, menyebutkan lingkungan belajar (specification of environment), dan penentuan materi pelajaran.
b.      Validasi Pakar Pendidikan II
Berdasarkan analisis validasi pakar pendidikan II sebagai lanjutan dari hasil validasi pakar pendidikan I menunjukkan adanya pengembangan mutu pada model pembelajaran aktivitas terpadu. Pengembangan mutu tersebut dapat dilihat dari jumlah persentase yang meningkat yaitu sebesar 77,78% yang berarti model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme sesuai digunakan pada pembelajaran di sekolah karena melebihi batas kriteria sesuai yang besar persentasenya hanya 73,32%. Aspek yang meningkat pada validasi pakar pendidikan II meliputi: Kemampuan untuk membimbing, kemampuan mengembangkan kurikulum, penentuan materi pelajaran dan peningkatan dalam mengajar.
2.   Hasil Pemakaian Produk
Setelah model pembelajaran aktivitas terpadu dinilai kelayakannya oleh pakar dan telah diuji coba. Maka tahap selanjutnya adalah pemakaian produk melalui pembelajaran dengan  model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme.
Pada tahapan pemakaian produk, data yang diperoleh adalah penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa meliputi kemampuan verbal dan non verbal, tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini data tahapan pemakaian produk.
a.    Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis Kontruktivisme.
Berikut ini data hasil tanggapan siswa kelas XI IPA 2 pada uji coba lapangan I, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Hasil Tanggapan Siswa
No
Sumber Data
Persentase yang Diperoleh
1.
Uji Lapangan I pada kelas XI IPA 2
91,12%

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan siswa pada penerapan model pembelajaran aktivitas terpadu baik karena mencapai persentase sebesar 91,12%.
b.    Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis Konstruktivisme.
Data tanggapan guru mata pelajaran terhadap model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2. Data Hasil Tanggapan Guru
No
Sumber Data
Persentase yang Diperoleh
1.
Tanggapan guru mata pelajaran biologi
87,50%

Tabel 4 menunjukan bahwa tanggapan guru sebagai pengguna model pembelajaran sangat baik, dibuktikan dari persentase hasil tanggapan guru sebesar 87,50%. Berdasarkan analisis data di atas tahapan ujicoba lapangan I berhasil dan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme tidak harus direvisi.
c.       Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Berikut ini data hasil penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4, pada rata-rata ketuntasan klasikal aspek kemampuan non verbal.
Tabel 3. Ketuntasan Klasikal Kemampuan Non Verbal Siswa
No.
Aspek Kemampuan Non Verbal
Persentase Ketercapaian
Rata-rata
XI IPA 1
XI IPA 4
1.
Laporan Praktikum Kelompok
93,48%
93,02%
93,25%
2.
Analisis LDS
86,96%
90,70%
88,83%

Rata-rata ketuntasan klasikal dua kelas
91,04%

Tabel 3 menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme memberikan peningkatan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa, hal tersebut terlihat dari rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 91,04% yang melebihi batas bawah kriteria tetuntasan klasikal yaitu sebesar 85%.
Sedangkan, penilaian ketuntasan klasikal pada aspek kemampuan verbal dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 4. Ketuntasan Klasikal Kemampuan Verbal Siswa
No.
Aspek Kemampuan Verbal
Persentase Ketercapaian
Rata-rata
XI IPA 1
XI IPA 4
1.
Presentasi kelompok
89,13%
90,70%
89,92%
2.
Diskusi Kelas
86,96%
90,70%
88,83%

Rata-rata ketuntasan klasikal dua kelas
89,38%

Tabel 4 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan verbal, dibuktikan dari rata-rata ketuntasan klasikal kemampuan verbal siswa yaitu sebesar 89,38% yang lebih besar dari kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85%.

B.     Analisis Data
Penelitian pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif telah dilaksanakan dan terkumpul berbagai data seperti hasil penilalian pakar pendidikan, penilaian kemampuan verbal siswa, penilaian kemampuan non verbal siswa,tanggapan siswa dan guru yang diperlukan dalam penelitian. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan analisis data dengan melalui tahapan observasi awal, pengembangan produk, validasi pakar dan uji coba produk.
 Observasi awal dilakukan pada SMA Negeri 3 Demak melalui hasil wawancara terhadap guru. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan keterangan bahwa pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru jarang melakukan kegiatan praktikum untukmengembangkan pembentukan gagasan dari suatu konsep oleh siswa. Hal ini didasari pada kurangnya alokasi waktu terhadap kegiatan pembelajaran tersebut. Dari permsalahan tersebut maka peneliti membuat suatu konsep model pembelajaran yang mengintegrasikan kegiatan diskusi informasi dengan kegiatan praktikum dan mendorong siswa menemukan pengertian sendiri tentang konsep materi yang diajarkan.
  Setelah dibuat rancangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme, maka produk tersebut diajukan validasinya ke pakar pendidikan. Pada revisi validasi pakar pendidikan I, model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme memiliki beberapa kelemahan pada beberapa aspek meliputi aspek memiliki scientific procedure, menyebutkan lingkungan belajar (specification of environment), dan penentuan materi pelajaran. Sehingga persentase yang didapat hanya 66,67% dan masuk dalam kriteria cukup sesuai. Maka peneliti mengembangkan produk model pembelajaran tersebut dan diajukan lagi pada validasi pakar pendidikan II, model pembelajaran mengalami peningkatan pada aspek Kemampuan untuk membimbing, kemampuan mengembangkan kurikulum, penentuan materi pelajaran dan peningkatan dalam mengajar dengan persentase sebesar 77,78% hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu layak untuk diujikan di sekolah.
Pada tahap uji coba lapangan I dengan menggunakan kelas uji coba sebanyak satu yaitu pada kelasi XI IPA 2. Didapatkan data tanggapan pengguna model pembelajaran meliputi tanggapan siswa sebesar 91,12% dan tanggapan guru pada hasil penelitian sebesar 87,50%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme dapat dinyatakan layak untuk digunakan sebagai model pembelajaran di SMA pada mata pelajaran Biologi.
Berdasarkan analisis hasil penelitian pada uji coba lapangan I, maka produk model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme layak untuk diujikan pada kelas yang lebih besar. Pada uji coba lapangan II peneliti menggunakan kelas uji sebanyak dua kelas yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4. Pada uji coba lapangan II menunjukan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Dilihat dari persentase aspek kemampuan nonverbal siswa pada dua kelas sebesar 91,04% dan persentase aspek kemampuan verbal siswa sebesar 89,38%.

C.    Pembahasan
Penelitian pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme pada kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif telah dilaksanakan dan terkumpul berbagai data seperti hasil penilalian pakar pendidikan, penilaian kemampuan verbal siswa, penilaian kemampuan non verbal siswa,tanggapan siswa dan guru yang diperlukan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan telah layak digunakan dalam pembelajaran di SMA. Untuk tahapan penggunaan produk menunjukan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pembahasan selengkapnya atas data-data yang telah diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Hasil Penilaian Produk Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis Konstruktivisme
Berdasarkan penilaian pakar pendidikan menunjukkan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme telah layak digunakan sebagai model pembelajaran, dalam arti dengan nilai persentase 77,78% telah melebihi batas minimal kriteria sesuai sebesar 73,32%. Sedangkan tanggapan dari pengguna meliputi guru dan siswa menunjukan model pembelajaran tersebut sangat sesuai dengan besar persentase masing-masing yaitu; guru 87,50% dan siswa 91,12%. Menurut para pakar pendidikan pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada sekolah menengah, karena pada jenjang pendidikan lanjutan siswa memahami dan menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan dan pemisahan yang artificial. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek bahan ajar dan aspek kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun secara kolektif, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Saud, 2009).
Pembelajaran terpadu berbasis konstruktivisme sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu berbasis konstruktivisme berpusat pada anak, memberikan pengalaman langsung pada anak, pemisahan antar aspek bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai aspek dalam bidang studi, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat anak dan bersifat luwes sehingga mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa termasuk keterampilan berpikir kreatif siswa.
2.      Penerapan Model Pembelajaran Aktivitas Terpadu Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dilihat dari hasil analisis kemampuan verbal yang dibuktikan dengan rata-rata ketuntasan berpikir kreatif secara klasikal yaitu sebesar 89,38%. Selain itu, aspek lain dari keterampilan berpikir kreatif yaitu aspek kemampuan non verbal siswa juga lebih besar dari batas ketuntasan berpikir kreatif klasikal yaitu sebesar91,04%. Sedangkan batas ketuntasan klasikalnya adalah  85%. Mengintegrasikan kegiatan pembelajaran konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir para siswa. Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan. Munandar (1999) menyebutkan bahwa mengembangkan kreativitas meliputi: Pengembangan segi kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir, pengembangan segi afektif antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif serrta pengembangan segi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Ditinjau dari aspek non verbal, Munandar (1999) menyatakan kreativitas sebagai komponen keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme mampu membantu guru untuk menyediakan berbagai aktivitas dan pilihan bagi siswa, sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Model pembelajaran tersebut juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan peristiwa dan fakta otentik. Implikasi dari model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme, guru harus menentukan waktu untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran tersebut juga mampu membantu membentuk ide-ide atau gagasan baru siswa, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal. Perkembangan keterampilan berpikir kreatif secara verbal meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan presentasi kelompok dan diskusi klasikal siswa. Selain itu, model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif non verbal, siswa mampu mengaplikasikan dan mengkombinasikan pengertian pada suatu konsep ke dalam bentuk kreasi atau karya yang sesuai dengan informasi yang telah didapatkan dalam hal ini penilaian dilakukan terhadap hasil laporan praktikum siswa dan hasil diskusi pada lembar LDS.






KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme sesuai dengan SK/KD di SMA dan layak digunakan sebagai model pembelajaran pada penyampaian materi sistem pertahanan tubuh di SMA.
2.      Model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan penelitian disarankan bahwa:
1.      Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif perbaikan pengembangan model pembelajaran yang sudah ada dan dapat dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.
2.      Guru agar lebih kreatif dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme.
3.      Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan parameter lain guna mengetahui efektifitas penggunaan dan pengembangan model pembelajaran aktivitas terpadu berbasis konstruktivisme pada pokok bahasan materi biologi yang lain.









 
DAFTAR PUSTAKA
Ali. M. 1992. Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azhari, Akyas. 2000. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Teraju.
Darsono, Sughandi, martensi, Rusda & Nugroho. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
                          . 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Antariksa.
Leung, Shukkwan S. 1997. On the Role of Creative Thinking in Problem posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
Nurhadi, B. Yasin, A.G. Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Unuversitas Negeri Malang.
Pehkonen, Erkki. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
Ridlo S & Santoso K. 2005. Jelajah Alam Sekitar. Makalah (tidak diterbitkan) disajikan dalam Seminar Lokakarya Pengembangan Kurikulum Dan Desain Inovasi Pembelajaran Biologi Program Studi Pendidikan Biologi Dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) 13-14 Februari 2005. Semarang: Jurusan Biologi FPMIPA Universitas Negeri Semarang.
Riyanto, Yatim. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Rustaman, Y. Nuryati. 2000. Kontruktivisme dan Pembelajaran IPA/Biologi. Makalah disampaikan pada Seminar Lokakarya Guru-Guru IPA SLTP Sekolah Swasta 7-15 Agustus 2000. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Intruksi Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Grasindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S.Y. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya Dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Winkell, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grafindo.